Senin, 12 November 2012

ZOOLOGI-INVERTEBRATA(FILUM ANNELIDA)


FILUM  ANNELIDA

1.      Annelida
Annelida (dalam bahasa latin, annulus = cincin) atau cacing gelang adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan Platyhelminthes dan Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripoblastik yang sudah memiliki rongga tubuh sejati (hewan selomata), namun Annelida merupakan hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana.
1.1  Ciri-ciri Umum Annelida
Ciri umum yang tergolong filum Annelida dapat diuraikan sebagai berikut:
·      Tubuh bilateral simetris, bersegmen, berbentuk tubular, memanjang sumbu tubuh
·      Triploblastis
·      Tiap segmen dipisahkan oleh septa
·      Tubuh ditutupi oleh kutikula fleksibel
·      Punya seta, keras, seperti kitin (kec: Hirudinea)
·      Punya parapodia
·      Alat gerak: kontraksi otot tubuh dan setae (rambut kaku) pada tiap segmen   (polygochaeta dan olygochaeta)
·      Respirasi: epidermis permukaan kulit (difusi) dan insang (pada polychaeta)
·      Saluran pencernaan lengkap (mulut-usus-anus)
·      Reproduksi: seksual/genertif: konjugasi, Aseksual/vegetatif: fragmentasi regenerasi
·      Ekskresi: nefridia (nephridios = ginjal)
·         Saraf dan Indera: saraf tangga tali ( ganglion berderet berpasangan) Statosidaà indra keseimbagan, peka terhadap cahaya.
·      Sirkulasi: peredaran darah tertutup.
·      Habitat: -tanah yang lembab, air laut, air tawar.


1.2  Sruktur Tubuh
·   Bilateral simetris: organ yang memiliki dua sisi.
·   Triboplastik.
Annelida merupakan hewan tripoblastik yang sudah memiliki rongga tubuh sejati (hewan selomata). Namun Annelida merupakan hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana. Bersegmen, tubular dan memanjang. Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa. Ruas tubuhnya (segmen) disebut Metameri terdiri dari alat ekskresi (nefridium), lubang reproduksi, otot dan pembuluh darah.
Annelida memiliki panjang tubuh sekitar 1 mm hingga 3 m. Contoh annelida yang panjangnya 3 m adalah cacing tanah Australia. Tubuh terbagi menjadi ruas-ruas (segmen) yang sama, baik di bagian dalam dan di bagian luar tubuh, kecuali saluran pencernaan dan sepanjang sumbu anterior-posterior, keadaan demikian disebut metarisma dan masing-masing ruas disebut metamere. Tubuh ditutupi oleh kutikula fleksibel.
1.3.  Fisiologi
Pada  bagian ini akan di bahas tentang organ-organ yang menyusun dari setiap bagian organ tubuh.
1.3.1        Alat gerak
Annelida bergerak dengan kontraksi otot tubuhnya. Rongga tubuh Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal). Punya seta, keras, seperti kitin (kec: Hirudinea) → Seta: bulu kasar/rambut pada invertebrate. Pada polychaeta mempunyai seta yang banyak, sedangkan pada olygochaeta mempunyai seta yang sedikit. Seta ini terdapat pada tonjolan di samping. Punya parapodia, tiap segmen terdapat parapodia; untuk lokomosi, parapodia terdiri dari sejumlah seta; seta terdiri dari notopodium, neuropodium, acicula dan otot yang bekerja untuk berjalan, merangkak, bersembunyi atau berenang.
1.3.2        Sistem Respirasi
Respirasi yang terjadi pada Annelida dengan cara aerob, O­2 dan CO2 berdifusi via kulit menggunakan epidermis pada seluruh permukaan tubuh, namun ada juga yang menggunakan insang pada polychaeta. Hanya terjadi ketika kulit dalam kondisi lembab.
1.3.3        Sistem Pencernaan
Annelida sudah mempunyai alat pencernaan makanan, mereka mencerna makanannya secara ekstraseluler. Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus. Mulut dilengkapi gigi kitin yang berada di ujung depan sedangkan anus berada di ujung belakang.
1.3.4        Sistem Reproduksi
Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet, memiliki klitelum sebagai alat kopulasi. Klitelum = struktur reproduksi yang mengsekresi cairan dan membentuk kokon tempat deposit telur. Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi. Organ seksual Annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris) melalui larva trochophore berenang bebas.
1.3.5        Sistem Eksresi
Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor. Nefridia (tunggal – nefridium) merupakan organ ekskresi yang terdiri dari saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh. Nefrotor merupakan pori permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya. Nefridia = organ dalam segmen yang mengumpulkan sisa-sisa cairan dan keluar melalui nephridiofor.
1.3.6        Sistem Saraf dan Indera
Sistem saraf Annelida adalah sistem saraf tangga tali. Terdiri dari ganglion otak dihubungkan dengan tali saraf yang memanjang sehingga berupa tangga tali. Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior. Susunan syaraf terdiri atas anterior, dorsal ganglionic mass, disebut otak. Atau sebuah benang syaraf yang panjang dengan ganglionic swelling dan syaraf lateral pada tiap ruas. Cincin ganglia dihubungkan oleh tali saraf ventral Ganglia = seperti kantong yang merupakan pembesaran dari jaringan saraf, membentuk “otak”, Tali saraf = sel-sel yang memanjang tubuh dan mengandung impuls-impuls saraf
1.3.7        Sistem Peredaran Darah / Sirkulasi
Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup. Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Lengkung aorta: lima tabung seperti jantung yang memompa darah ke dalam dua tabung utama sepanjang tubuh. Darah: subtansi cair yang mengedarkan makanan dan membawa sisa-sisa makanan.
1.4      Habitat dan Ekologi
Sebagian besar Annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit (merugikan karena menempel pada inangnya) dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia. Habitat Annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang sebagian hidup di tanah atau tempat-tempat lembab. Annelida hidup di berbagai tempat dengan membuat liang sendiri.
1.5  Klasifikasi
   Filum Annelida di bagi menjadi tiga kelas yaitu:
a)      Polychaeta — cacing pasir (umumnya hidup di laut)
b)      Oligochaeta — cacing tanah (hidup di tanah dan air tawar)
c)      Hirudinea — lintah (hidup di air tawar, bersifat parasit)

a.      Polychaeta

Polychaeta, dalam bahasa Yunani “poly” = banyak, “chaetae” = rambut kaku, merupakan Annelida berambut banyak. Anggota kelas polychaeta dikenal dengan sebutan umum cacing laut, cacing sikat, cacing ruas. Umumnya hidup di air. Seluruh permukaan tubuh polychaeta mengandung rambut-rambut kaku atau setae yang dilapisi kutikula sehingga licin dan kaku. Tubuhnya berwarna menarik, seperti ungu kemerah-merahan. Setiap segmen tubuh polychaeta dilengkapi dengan sepasang alat gerak atau alat berenang yang disebut parapodia. Alat ini pun berperan sebagai alat pernafasan. Polychaeta memiliki kelamin terpisah. Perkembangbiakannya dilakukan dengan cara seksual. Pembuahannya dilakukan di luar tubuh. Telur yang telah dibuahi tumbuh menjadi larva yang disebut trakofora. Setae berupa berkas, biasanya ada dua berkas: notosetae (di bagian dorsal) dan neurosetae (di bagian ventral); parapodia menonjol, tipenya bernacam-macam (biramus, uniramus), kadang-kadang tereduksi; prostomium pada umumnya berkembang baik, mempunyai mata dan tentakel, namun sangat termodifikasi pada hewan sedentaria; organ reproduksi pada umumnya diosius; habitat lautan, ada juga yang hidup di lingkungan estuary, beberapa hidup di air tawar atau bahkan terrestrial (di wilayah tropic).
1.      Ciri-ciri polychaeta
Pada hewan ini tubuh memanjang dan bersegmen, tiap segmen mempunyai parapodiaàsemacam kaki yang bentuknya seperti dayung, tiap parapodia mempunyai seta, kec.segmen terakhir, warna tubuh menarik, respirasi dengan insang, di bagian anterior terdapat kepala yang sempurna, disebut prostomium. Pada kepala  terdapat mata, antena, sepasang palpus dan mulut di bagian ventral. Ruas yang mengandung mulut disebut peristomium. Ruas terakhir atau pigidium mengandung anus. Habitat: bahari di lautan, hidup dalam pasir atau menggali batu-batuan di daerah pasang surut air laut
2.      Struktur Tubuh
Panjang tubuh umumnya kurang dari 10 cm dengan garis  tengah 2-10 mm; penghuni kedalaman laut umumnya hanya mencapai panjang 1 m, walau ada satu jenis yang panjangnya mencapai 3 m (Eunice sp). Warna tubuhnya banyak yang menarik (merah, merah muda, hijau ataupun kombinasi warna-warna). Metamerisme pada umumnya sempurna, dengan tiap segmen silindris identik, kecuali bagian kepala dan ekor.
3.      Alat Gerak
• Pergerakan disebabkan oleh perpaduan gerak antar parapodia, otot dinding tubuh dan cairan rongga tubuh.
• Gerak undulating mengakibatkan cacing dapat menjalar dan berenang dengan cepat.

4.      Sistem Respirasi
• Bernafas dengan insang
• Pertukaran gas via permukaan tubuh juga terjadi
• Beberapa jenis tiap ruas terdapat insang, kecuali ujung anterior dan posterior
• Pada cacing yang mengalami modifikasi, jumlah dan letak insang terbatas pada ruas tertentu.
5.      Sistem Pencernaan
• Cara makan sesuai dengan kebiasaan hidup
Raptorial feeder: avertebrata kecil ditangkap dengan pharink/probosis yang dijulurkan, terdapat rahang kitin
• Deposit feeder: menelan pasir dan lumpur dalam lorong; bahan organik dicerna dan partikel mineral dikeluarkan via anus, atau melalui tentakel cilia yang berlendir.
• Filter feeder: tidak punya probosis tutup kepala dilengkapi radiola untuk menyaring detritus dan plankton.
6.      Sistem Reproduksi
Reproduksi Seksual
• Dioesious & monoesious
• Seksual via fertilisasi eksterna (ovum dan sperma di lepas di air). Zigot → trokofor → juvenile
Reproduksi Aseksual
• Pada Cirratulidae, Sabellidae, Spionidae dan Syllidae (Tunas/Budding) dari parapodia. bagian tubuh menjadi dua bagian.
• Epitoksi (pembentukan individu reproduktif) merupakan fenomena reproduksi khas polychaeta—hewan tampak jadi dua bagian.
7.      Saraf dan Indera
·      Sistem saraf tangga tali
   Alat indera utama: mata, “nuchal organ” dan statocyst
 • Mata berkembang baik (errantia), bintik mata/tidak ada (sedentaria)
   Fungsi mata: fotoreseptor
    Nuchal organ: kemoreseptor untuk mendeteksi makanan
 • Sel peraba terdapat diseluruh tubuh, terutama parapodia dan kepala
8.      Sistem Ekskresi
• Cacing yang tidak mempunyai pembuluh darah: protonefridia solenosit
• Cacing yang mempunyai pembuluh darah: metanefridia
- Nefrostom: corong bersilia
- Nefridial kanal: pembuluh ekskresi
- Nefridiophor: lubang ekskresi, bermuara pada neuropodium
• Nefridia juga berfungsi sebagai alat osmoregulasi
9.      Habitat dan Ekologi
Habitatnya di lautan, Polychaeta hidup dalam pasir atau menggali batu-batuan di daerah pasang surut air laut ataupun membentuk tabung. Cara hidupnya yang bersembunyi menyebabkan mereka luput dari pengamatan biasa.

b.      Oligochaeta

Oligochaeta (dalam bahasa Yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan annelida berambut sedikit. Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen. Habitat cacing ini umumnya di air tawar dan tempat lembab. Namun, ada pula yang hidup di darat. Tubuhnya bersegmen-segmen dengan jumlah segmen mencapai 200 buah.
1.      Ciri-ciri oligochaeta
Memiliki sedikit setae pada tubuhnya, segmen pada tubuhnya mencapai 200 segmen, panjang tubuh mulai 1cm-3m, kulit dilapisi kutikula, tubuh mengandung hemoglobin, habitat di tempat lembab dan perairan. Hermaprodit.
2.      Struktur Tubuh
Setae tidak membentuk berkas, tunggal dan membentuk rangkaian tertentu, tidak memiliki parapodia; jarang mempunyai insang (kecuali yang akuatik); prostomium kecil, berbentuk kerucut, tanpa mata atupun tentakel; organ reproduksi hermafrodit (pembuahan silang): susunan gonad dan saluran-saluran reproduksi khas, metamerisme terbatas; sejumlah segmen membentuk clitellum untuk menyekresikan cocoon; habitat pada umumnya air tawar ataupun terrestrial, beberapa hidup di lingkungan estuary.
3.      Sistem Respirasi
Kelas Oligochaeta tidak memiliki parapodia seperti pada kelas polychaeta, pernapasannya dilakukan melalui seluruh permukaan tubuhnya. Itu sebabnya mengapa tubuh kelompok cacing ini berlendir. Tubuh cacing tanah tertutup oleh selaput bening dan tipis yang disebut kutikula. Kutikula ini selalu lembap dan basah. Melalui selaput inilah cacing bernapas. Kutikula menyebabkan udara di dalam tanah dapat masuk ke pembuluh darah cacing. Setelah masuk ke pembuluh darah, udara tersebut diedarkan ke seluruh tubuh. Tetapi ada juga Oligochaeta yang bernafas dengan menggunakan insang, yakni kelas oligochaeta yang hidup akuatik.
4.      Sistem Pencernaan
Kelas Oligochaeta memiliki sistem pencernaan yang lengkap mulai dari mulut, faring, kerongkogan dan usus. Makanannya adalah sisa dedaunan. yang dikeluarkan oleh getah pencernaan secara ekstrasel. Cacing tanah dapat mencerna senyawa organik tersebut menjadi molekul yang sederhana yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus.
5.      Sistem Reproduksi
Cacing tanah bersifat hermafrodit, tetapi tidak melakukan pembuahan sendiri. Hal itu karena, matangnya sel kelamin betina tidak sama waktunya dengan matangnya sel kelamin jantan. Organ reproduksi betina terdapat di segmen ke-9 sampai ke-14 dan organ reproduksi jantan terdapat di segmen ke-10 sampai ke-15. Di segmen ke-32 sampai ke-37 terdapat klitelum, yaitu penebalan epidermis sebagai penghasil lendir. Sewaktu sepasang cacing berkopulasi maka akan keluar lendir yang akan membungkus kedua cacing dan menjaga sperma dari kekeringan. Selubung (coccon) lendir tadi akan maju mundur di sepanjang kedua tubuh cacing. Setelah itu, sel telur dari masing-masing cacing keluar dan memasuki coccon. Jika melewati lubang kelamin jantan, telur-telur yang ada di dalam coccon akan dibuahi oleh sperma dari cacing yang berlainan. Setelah selesai pembuahan, coccon akan lepas ke arah depan. Sekarang di dalam coccon terdapat telur-telur yang akan dibuahi dan kemudian tekur-telur tersebut akan menetas menjadi cacing.
6.      Sistem saraf
Sistem saraf Oligochaeta terdiri dari:
– ‘otak’ (ganglion cerebral)
– dua lobus di atas faring
– dua syaraf penghubung disekitar faring menuju ke ganglia sub paringeal
– tali syaraf ventral (sepanjang dasar selom ke arah somit anal).
– Beberapa syaraf menuju ke prostomium & daerah mulut
• Tali syaraf ventral dlm tiap somit mempunyai ganglion membesar dan memberikan 3 pasang syaraf  lateral
• Tiap syaraf lateral membentang setengah somit terdiri dari serabut sensoris dan motoris
7.      Sistem Ekskresi
Annelida dan molusca mempunyai organ nefridium yang disebut metanefridium. Pada cacing tanah yang merupakan anggota anelida, setiap segmen dalam tubuhnya mengandung sepasang metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir.
Bagian akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan membesar seperti gelembung. Kemudian gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang merupakan lubang (corong) yang kedua, disebut nefridiofor. Cairan tubuh ditarik ke corong nefrostom masuk ke nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat cairan tubuh mengalir lewat celah panjang nefridium, bahan-bahan yang berguna seperti air, molekul makanan, dan ion akan diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung. Bahan-bahan ini lalu menembus sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi. Sampah nitrogen dan sedikit air tersisa di nefridium dan kadang diekskresikan keluar. Metanefridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan sampah dan mengembalikan substansi yang berguna ke sistem sirkulasi.
Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah mengandung substansi dan zat sisa. Zat sisa ada dua bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang kurang toksik, yaitu ureum. Oleh karena cacing tanah hidup di dalam tanah dalam lingkungan yang lembab, anelida mendifusikan sisa amonianya di dalam tanah tetapi ureum diekskresikan lewat sistem ekskresi.

c.       Hirudinea

Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. Anggota kelas hirudinea hidup di lingkungan akuatik dan terrestrial. Panjang Hirudinea bervariasi dari 1–30 cm. Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya. Inangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia. Hirudinea parasit hidup dengan mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput. Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan Hirudo (lintah). Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari adanya gigitan. Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu hirudin. Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin.
1.      Ciri-ciri hirudinea:
·         Panjang tubuh mencapai 30 cm
  • Tubuh dilindungi oleh lapisan kutikula
  • Tubuh relatif pipih
  • Tubuh terdiri dari 34 segmen
  • Tidak mempunyai parapodia dan setae
  • Mempunyai alat penghisap (sucker) di bagian anterior maupun posterior
  • Bersifat hermafrodit
  • Habitat: air tawar dan darat
2.      Stuktur Tubuh
Hewan ini tidak memiliki parapodium maupun seta pada segmen tubuhnya. Sekalipun dikenal dengan nama umum lintah pengisap darah, bagian terbesar di antaranya tidak hidup sebagai ektoparasit. Tubuhnya pipih. Ukuran panjangnya dari 1-2cm atau 5cm, walau ada yang mencapai 12cm, bahkan 30cm (Haemanteria ghiliani dari daerah Amazon). Metamerisme sudah sangat tereduksi: segmen-segmen ujung anterior (biasanya kecil) dan posterior (lebih besar) termodifikasi manjadi alat penghisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak.
3.      Alat Gerak
• Sebagian aktif malam, juga siang.
• Bergerak dengan cara melekukkan badan, melekat dengan sucker
• Berenang dengan cara menggelombangkan badan.
4.      Sistem Respirasi
• Menggunakan anyaman kapiler di bawah epidermis.
• Insang: Piscicolidae
5.      Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, tembolok, lambung, rektum, anus. Anus terletak pada bagian dorsal. Proses pencernaan  penghisap anterior ,mulut, faring, tembolok, usus, usus buntu, anus, penghisap posterior. Faring otot yang dilengkapi rahang bergigi /probosis berotot.
Di kerongkongan tempat isapannya terdapat tiga rahang yang berbentuk seperti setengah gergaji yang dihiasi sampai 100 gigi kecil. Dalam waktu 30 menit lintah bisa menyedot darah sebanyak 15 ml – kuota yang cukup untuk hidupnya selama setengah tahun. Air ludahnya pun mengandung zat aktif yang sekurang-kurangnya berisi 15 unsur. Contohnya, zat putih telur hirudin yang bermanfaat untuk mengencerkan darah, dan mengandung penisilin.
Makanan & Pencernaan
• Lintah hidup sebagai pemakan bangkai/predator, parasit. Predator makan larva, keong, serangga, cacing.
• 75% penghisap darah, melekat/nempel pada permukaan tubuh vertebrata (ikan-manusia).
• Darah dihisap oleh faring otot dan menampung dalam tembolok.  Enzim saliva (hirudin) mencegah koagulasi darah. Dalam 1 x makan, lintah mengisap darah 10x berat tubuhnya.
6.      Sistem Reproduksi
• Monoceous
•  jantan: 4-12 pasang testis. 1 pasang ductus spermaticus.
• betina: 2 ovarium dan Oviduct yang berhubungan dengan kelenjar albumin dan vagina di median yang bermuara di belakang porus genitalia jantan
• Tidak ada tingkat larva
• Lintah membentuk kokon yang mengandung telur yang telah dibuahi dan kokon akan diletakkan dalam air/tanah.
7.      Sistem Saraf dan Indera
• Ruas 5 dan 6 terdapat lingkar saraf ganglia: “otak”
• Alat indera: mata dan papilla
• Mata: fotoreseptor
• Papilla dan sensila: tonjolan kecil pada epidermis. Fungsi: alat peraba dan perasa.
8.      Sistem Ekskresi
10-17asang nephridia, ammonia.
9.      Habitat dan Ekologi
Hewan berhabitat air tawar, hidup di rawa-rawa, kolam, ataupun sungai. Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya. Inangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia. Hirudinea parasit hidup dengan mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput. Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan hirudo (lintah).











DAFTAR PUSTAKA

Maskoeri, Jasin. 2010. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Gandahusada, Srisasi.dkk. 1998. Parasitologi Kedokteran . Fakultas Kedokteran
                         Universitas Indonesia. Jakarta.
Anonim. 2010.Annelida.(Online).Tersedia di http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-DU.KU/eukasi.net. Diakses 10 juli 2011..
Drs, H. Yusuf , Kastawi. 2005. Zoologi Invertebrata. DKK, Universitas Negeri Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar